Sekitar jam 1 malam waktu setempat polisi mulai menghalau para demonstran yang melakukan protes dengan aksi duduk dengan meriam air dan gas air mata, juga dengan tongkat pemukul. Saksi mata melaporkan, asap gas air mata sedemikian tebal sehingga beberapa demonstran langsung pingsan. Demonstran lainnya yang berlumuran darah tampak berlarian di pinggir jalan. Namun para demonstran kembali dapat berkumpul dan sempat memblokir jalan utama.
"Kami tetap di sini hingga Husni Mubarak kabur ke Jedah atau ke Tel Aviv," demikian teriakan para demonstran di Tahrir Square, di pusat ibukota Kairo. Padahal sebelumnya situasi di sana masih begitu meriah seperti dalam pesta rakyat. Selasa (25/01) siang memang terjadi bentrokan kecil antara demonstran dan polisi, tapi kemudian polisi menjauh dan berjaga di jalan-jalan sekitar lapangan tersebut.
Orang yang berkumpul semakin banyak. Dan polisi kembali menyerbu, dengan tindak kekerasan. Kerusuhan itu menyebabkan sedikitnya empat orang tewas, tiga demonstran dan satu polisi. Selain itu ratusan orang lainnya terluka akibat gas air mata.
Di banyak tempat, demonstran membalas kekerasan polisi dengan lemparan batu. Rabu (26/01) pagi, dilaporkan terjadinya penangkapan massal, termasuk di antaranya terhadap tokoh oposisi penting.
"Tunesia menjadi contoh bagi kami. Tapi di Mesir lebih buruk dibanding di sana. Sejak 30 tahun kami diperintah rezim Mubarak. Dan selama itu situasinya damai. Negara ini seharusnya mengalami pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar hidup. Tapi yang terjadi, kami hidup seperti dalam perang, semua menjadi lebih mahal, tingkat pengangguran tinggi dan korupsi di mana-mana. Tunesia menjadi pemicu kami, dan sisanya kami harus mampu melakukannya sendiri," dikatakan seorang demonstran.
Juga di kota-kota tepi pantai Mesir sampai ke Aswan dan Sinai, warga turun ke jalan. Bagi kebanyakan dari mereka, demonstrasi ini merupakan yang pertama kali dilakukan dalam hidupnya. Mereka menentang tingginya harga, tingkat pengangguran, kesewenang-wenangan polisi serta hasil pemilu parlemen tahun 2010 yang diduga dimanipulasi.
"Pernah ada masa, ketika polisi melindungi warga Mesir. Tapi kini polisi memerangi warga Mesir. Mereka mempertahankan sistem, itu yang kini mereka lakukan. Mereka melindungi sistem," dikatakan seorang demonstran.
Puluhan ribu warga Mesir mengubah peringatan hari Polisi Mesir menjadi hari aksi protes. Setelah bentrokan hebat antara pengkritik pemerintah dengan polisi di Mesir, gerakan pemuda pro demokrasi menyerukan protes berikutnya. Gerakan oposisi yang sudah menyerukan aksi demonstrasi terhadap pemerintah Selasa (25/01), dalam jejaring sosial facebook menyerukan warga Mesir untuk kembali berkumpul di Tahrir Square hari Rabu (26/01).
Esther Saoub/Dyan Kostermans
Editor: Hendra Pasuhuk
No comments:
Post a Comment
Silahkan anda komentar degan baik dan bijak